Kisah Mbah Moen, Berkelana Lintas Negeri dan Buat Kitab Rujukan Santri
Kisah Mbah Moen, Berkelana Lintas Negeri & Buat Kitab Rujukan Santri
Mbah Moen lahir tepat saat sumpah pemuda
instagram.com/khanwarza
06 Agustus 2019
Rembang, IDN Times - Indonesia kembali kehilangan salah satu ulama terbaiknya. KH Maimun Zubair atau akrab disapa Mbah Moen telah meninggal di tanah suci Makkah, Arab Sabudi, Selasa (6/8).
Kepergian Mbah Moen yang menjadi duka. Terutama bagi keluarga besar Pondok Pesantren Al Anwar, Sarang, Rembang. Ketua Majelis Syariah PPP ini merupakan ulama yang disegani para ulama, santri dan masyarakat umum.
Lahir tepat saat Sumpah Pemuda didengungkan pertama kali, yakni pada 28 Oktober 1928, berikut kisah Mbah Moen dikutip dari gomuslim.co.id.
1. Mbah Moen pertama kali menimba ilmu di Ponpes Lirboyo Kediri
instagram.com/khanwarzahid.fans
Putra bungsu dari pasangan ulama Kiai Zubair dan ibundanya adalah putri dari Kyai Ahmad bin Syu'aib ini dikenal sebagai ulama yang alim dan teguh memegang prinsip agama Islam. Ayahandanya merupakan sosok terpandang karena menjadi murid Syaikh Sa'id Al-Yamani dan Syaikh Hasan Al-Yamani Al-Makky.
Sekitar tahun 1945, beliau memulai pendidikannya di Pondok Lirboyo Kediri, di bawah bimbingan KH Abdul Karim alias Mbah Manaf. Dari sinilah, ia berkelana menimba ilmu agama dari ulama ke ulama lainnya. Tercatat, Mbah Moen juga menimba ilmu agama dari KH. Mahrus Ali juga KH. Marzuqi.
Baca Juga: Kiai Kharismatik Mbah Moen Meninggal saat Ibadah Haji di Makkah
2. Menginjak dewasa, Mbah Moen memutuskan hijrah ke Makkah. Di Tanah suci Mbah Moen bermukim selama dua tahun
Pixabay
Kemudian tepat saat berusia 21 tahun, Mbah Moen melanjutkan pendidikan agamanya ke Makkah Al-Mukarromah. Perjalanannya ke Makkah direstui kakeknya, KH Ahmad bin Syu'aib.
Di sana lah, Mbah Moen menerima ilmu dari sekian banyak ulama terkemuka. Mulai Sayyid 'Alawi bin Abbas Al-Maliki, Syaikh Al-Imam Hasan Al-Masysyath, Sayyid Amin Al-Quthbi, dan Syaikh Yasin bin Isa Al-Fadani, Syekh Abdul Qodir Al-Mandaly dan masih banyak lagi.
3. Mbah Moen dikenal sebagai kiai yang senang berkelana di Pulau Jawa
IDN Times/Denisa Tristianty
Saat di Makkah, Mbah Moen berkawan dekat dengan Kiai Sahal Mahfudh. Keduanya dikenal sering berkelana ke berbagai ponpes di Tanah Jawa. Dua tahun berada di Tanah Suci Makkah, Mbah Moen memutuskan balik ke kampung halamannya.
Tujuannya tak lain untuk meluangkan waktu untuk mengaji bersama ulama di Jawa. Termasuk dengan Kiai Baidhowi, Kiai Ma'shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), Syekh Abul Fadhol Senori (Tuban), dan beberapa kiai lain.
Baca Juga: Mbah Moen Meninggal Dunia Selasa Subuh di Tanah Suci
4. Mbah Moen sempat menulis kitab yang jadi rujukan para santri hingga sekarang
Pixabay/Afshad
Dalam perjalanannya, Mbah Moen juga menulis kitab-kitab yang menjadi rujukan santri yang berjudul Al-Ulama Al-Mujaddidun.
Pondok Pesantren Al Anwar Sarang bisa dibilang salah satu tempatnya dalam memperjuangkan penyebaran ilmu agama Islam. Dibangun pada 1965 silam, pondok tersebut berada di Karangsangu Sarang, Rembang.
5. Mbah Moen punya dua istri. Anak-anaknya kini jadi tokoh politik yang handal. Salah satunya jadi Wagub Jateng, dia adalah Gus Yasin
IDN Times / Shemi
Pesantren ini pun kemudian mulai menjadi rujukan santri untuk belajar buku kuning dan mendukung turnya. Sekitar tahun 2008, Mbah Moen memperluas bangunan pesantrennya dan dikelola oleh putranya KH Ubab Maimun.
Kiai Maimoen Zubair memiliki 2 istri. Pertama bernama Nyai Fahimah putri Kiai Baidhowi Lasem, yang dikaruniai tujuh anak. Istri keduanya bernama Nyai Masthi'ah. Dari pernikahan ini, beliau dikaruniai enam putra, dan dua putri. Termasuk KH Majid Kamil, Gus Ghofur, Gus Ro'uf, Gus Wafi, Gus Yasin, Gus Idror, Neng Shobihah (meninggal), dan Neng Rodhiyah.
Baca Juga: Jokowi: Mbah Moen Meninggal, Indonesia Sangat Kehilangan Sosok Panutan
Topic:
MBAH MOEN KH MAIMOEN ZUBAIR MENINGGAL DUNIA PROFIL TOKOH
Komentar
Posting Komentar