**::Menjajal Samsung Galaxy Note 10+::**
Menjajal Galaxy Note 10 Plus
CNN Indonesia
Jumat, 20/12/2019 19:21
Bagikan :
Samsung Galaxy Note 10 Plus (CNN Indonesia/ Hesti Rika) Jakarta, CNN Indonesia -- Samsung pada Agustus 2019 meluncurkan Galaxy Note 10 Plus. Ponsel ini menjadi ponsel flagship terbaru Samsung pada 2019. Berbagai fitur premium disematkan ke dalam produk yang dibanderol dengan harga Rp16 jutaan ini. Samsung memberikan fitur terbaik di layar dengan Ponsel dibekali memiliki bentang layar 6,8 inci dengan panel Dynamic AMOLED Quad HD+ (3040x1440). Meramaikan tren smartphone dengan quad kamera 16 MP. Fitur premium lainnya adalah aksesori yang merupakan ciri khas dari seri Galaxy Note, yakni S-Pen.
CNNIndonesia.com berkesempatan menjajal Galaxy Note 10 Plus yang merupakan varian termahal dari Galaxy Note 10. Perbedaan mendasar ponsel berada pada ukuran layar dan jumlah kamera belakang. Lihat juga:Apple dan Samsung Dianggap Lebih 'Aman' dari HP China Desain & Layar
Membahas soal desain, ponsel memang terlalu besar ketika digenggam dan tak cocok untuk disimpan di kantung celana. Selain ukurannya yang jumbo, masalah harga Rp16 jutaan dan layar yang melengkung jadi salah satu faktor yang membuat ragu untuk memiliki ponsel ini. Meski ponsel ini telah dilapisi Gorilla Glass 6. Desain punggung Samsung Galaxy Note 10 Plus menjadi pusat perhatian. Desain kilauan kaca dengan pantulan warna pelangi mencuri perhatian mata. Peningkatan desain dari sisi bingkai layar juga menjadi keunggulan dibandingkan dengan Note 9 terdahulu. Galaxy Note 10 Plus pun dikemas dengan bezel yang jauh lebih tipis. Dibandingkan Note 9, Note 10 diklaim lebih tipis 1 milimeter. Rasio layar ke badan ponsel sebesar 94,2 persen, lebih besar dibandingkan Galaxy Note 9 yang memiliki persentase 88,8 persen. Lihat juga:Samsung Diskusi dengan Operator Telekomunikasi Soal eSIM Tingginya tingkat persentase ini berarti bodi yang mengelilingi layar (bezel) sangat tipis. Punggung ponsel juga terlihat bersih dari pemindai sidik jari karena Galaxy Note 10 Plus menyematkan pemindai biometrik di dalam layar.
Punggung ponsel yang dilapisi kaca memang terkesan mewah. Akan tetapi, material ini membuat punggung ponsel mudah kotor akibat jejak sidik jari. Samsung diklaim membekali Galaxy Note 10 Plus dengan teknologi layar terbaik yang dimiliki oleh Samsung. Galaxy Note 10 dilengkapi dengan layar Dynamic AMOLED dengan sertifikasi HDR10+ dan Dynamic Tone Mapping.
Sensasi luasnya bentang layar menguntungkan pengguna ketika menonton streaming video, bermain gim, hingga saat meninjau hasil jepretan. Namun, penempatan tombol power di sebelah kiri terasa sedikit mengganggu bagi pengguna yang biasa menggunakan ponsel dengan tangan kanan. Sebenarnya pemindahan tombol dimaksudkan untuk memudahkan pengguna ketika memakai pena digital S-Pen yang ada di kanan bawah ponsel. Tombol power lebih mudah diraih dengan tangan kiri ketika tangan kanan sedang menggunakan S-Pen. Saat CNNIndonesia.com menjajal berbagai fitur ponsel, tentu tombol ini sangat berguna bagi para pengguna tangan kiri alias kidal. Tentu para orang kidal cenderung memegang ponsel dengan tangan kiri, lokasi tombol mudah untuk diraih. Akan tetapi, bagi pengguna tangan kanan, tombol cukup berguna ketika sedang berkreasi menggunakan S-Pen. Ketika menggunakan S-Pen dengan tangan kanan, maka tangan kiri akan memegang ponsel. Dari pengaturan bawaan pabrik, tombol tersebut adalah tombol daya yang berfungsi sebagai pengunci layar. Lihat juga:Sabotase Serikat Pekerja, Petinggi Samsung Dipenjara 18 Bulan Tombol bisa diganti lewat pengaturan untuk membuka kamera, memanggil asisten virtual Bixby atau aplikasi lainnnya.
Samsung Galaxy Note 10 menjadi ponsel pertama Samsung yang tak memiliki jack headphone/audio 3,5 mm. Menurut saya hal ini menjadi sebuah kekurangan karena penggunaan USB Type-C sebagai pengganti jack belum lumrah dilakukan di Indonesia.
Pengguna seri Galaxy Note 10 harus mengandalkan port USB Type-C yang juga dipakai buat mengisi day
Samsung Galaxy Note 10 Plus (CNN Indonesia/ Hesti Rika) Jakarta, CNN Indonesia -- Samsung pada Agustus 2019 meluncurkan Galaxy Note 10 Plus. Ponsel ini menjadi ponsel flagship terbaru Samsung pada 2019. Berbagai fitur premium disematkan ke dalam produk yang dibanderol dengan harga Rp16 jutaan ini. Samsung memberikan fitur terbaik di layar dengan Ponsel dibekali memiliki bentang layar 6,8 inci dengan panel Dynamic AMOLED Quad HD+ (3040x1440). Meramaikan tren smartphone dengan quad kamera 16 MP. Fitur premium lainnya adalah aksesori yang merupakan ciri khas dari seri Galaxy Note, yakni S-Pen.
CNNIndonesia.com berkesempatan menjajal Galaxy Note 10 Plus yang merupakan varian termahal dari Galaxy Note 10. Perbedaan mendasar ponsel berada pada ukuran layar dan jumlah kamera belakang. Lihat juga:Apple dan Samsung Dianggap Lebih 'Aman' dari HP China Desain & Layar
Membahas soal desain, ponsel memang terlalu besar ketika digenggam dan tak cocok untuk disimpan di kantung celana. Selain ukurannya yang jumbo, masalah harga Rp16 jutaan dan layar yang melengkung jadi salah satu faktor yang membuat ragu untuk memiliki ponsel ini. Meski ponsel ini telah dilapisi Gorilla Glass 6. Desain punggung Samsung Galaxy Note 10 Plus menjadi pusat perhatian. Desain kilauan kaca dengan pantulan warna pelangi mencuri perhatian mata. Peningkatan desain dari sisi bingkai layar juga menjadi keunggulan dibandingkan dengan Note 9 terdahulu. Galaxy Note 10 Plus pun dikemas dengan bezel yang jauh lebih tipis. Dibandingkan Note 9, Note 10 diklaim lebih tipis 1 milimeter. Rasio layar ke badan ponsel sebesar 94,2 persen, lebih besar dibandingkan Galaxy Note 9 yang memiliki persentase 88,8 persen. Lihat juga:Samsung Diskusi dengan Operator Telekomunikasi Soal eSIM Tingginya tingkat persentase ini berarti bodi yang mengelilingi layar (bezel) sangat tipis. Punggung ponsel juga terlihat bersih dari pemindai sidik jari karena Galaxy Note 10 Plus menyematkan pemindai biometrik di dalam layar.
Punggung ponsel yang dilapisi kaca memang terkesan mewah. Akan tetapi, material ini membuat punggung ponsel mudah kotor akibat jejak sidik jari. Samsung diklaim membekali Galaxy Note 10 Plus dengan teknologi layar terbaik yang dimiliki oleh Samsung. Galaxy Note 10 dilengkapi dengan layar Dynamic AMOLED dengan sertifikasi HDR10+ dan Dynamic Tone Mapping.
Sensasi luasnya bentang layar menguntungkan pengguna ketika menonton streaming video, bermain gim, hingga saat meninjau hasil jepretan. Namun, penempatan tombol power di sebelah kiri terasa sedikit mengganggu bagi pengguna yang biasa menggunakan ponsel dengan tangan kanan. Sebenarnya pemindahan tombol dimaksudkan untuk memudahkan pengguna ketika memakai pena digital S-Pen yang ada di kanan bawah ponsel. Tombol power lebih mudah diraih dengan tangan kiri ketika tangan kanan sedang menggunakan S-Pen. Saat CNNIndonesia.com menjajal berbagai fitur ponsel, tentu tombol ini sangat berguna bagi para pengguna tangan kiri alias kidal. Tentu para orang kidal cenderung memegang ponsel dengan tangan kiri, lokasi tombol mudah untuk diraih. Akan tetapi, bagi pengguna tangan kanan, tombol cukup berguna ketika sedang berkreasi menggunakan S-Pen. Ketika menggunakan S-Pen dengan tangan kanan, maka tangan kiri akan memegang ponsel. Dari pengaturan bawaan pabrik, tombol tersebut adalah tombol daya yang berfungsi sebagai pengunci layar. Lihat juga:Sabotase Serikat Pekerja, Petinggi Samsung Dipenjara 18 Bulan Tombol bisa diganti lewat pengaturan untuk membuka kamera, memanggil asisten virtual Bixby atau aplikasi lainnnya.
Samsung Galaxy Note 10 menjadi ponsel pertama Samsung yang tak memiliki jack headphone/audio 3,5 mm. Menurut saya hal ini menjadi sebuah kekurangan karena penggunaan USB Type-C sebagai pengganti jack belum lumrah dilakukan di Indonesia.
Pengguna seri Galaxy Note 10 harus mengandalkan port USB Type-C yang juga dipakai buat mengisi day
Ponsel-ponsel China dianggap lebih rentan terhadap eksploitasi privasi data pengguna dibanding ponsel asal Amerika Serikat merek Iphone atau Samsung asal Korea Selatan.
BalasHapusPengamat keamanan dari Vaksin.com Alfons Tanujaya mengatakan model bisnis China selalu menekankan harga-harga murah yang dianggap menggoyang harga pasar.
"Hal ini memaksa perusahaan ponsel China untuk kreatif mencari cara menekan harga atau mendapatkan penghasilan tambahan di luar metode konvensional," kata Alfons saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (13/12).
Hal ini membuat vendor-vendor asal China menekan harga di berbagai aspek, khususnya aplikasi bawaan ponsel. Alfons mengungkapkan biasanya vendor China bahkan menerapkan metode bagi hasil dengan pengembang aplikasi demi mendapatkan pendapatan.
Lihat juga:Samsung Diskusi dengan Operator Telekomunikasi Soal eSIM
Hal ini terjadi karena vendor China kadang menjual ponsel di bawah harga modal, tapi tetap bisa mendapatkan untuk dari aplikasi bawaan.
"Pengembang aplikasi mendapatkan keuntungan dan sebagian di berikan ke vendor ponsel untuk menekan harga ponsel,"ujar Alfons.
Sebagai balas jasa, vendor ponsel akan memasukkan aplikasi yang diciptakan pengembang tersebut ke dalam semua ponsel sebelum didistribusikan.
Jadi pertama kali dihidupkan, ponsel-ponsel tersebut sudah mengandung malware di dalam source code OS ponsel tersebut.
"Instalasi apps bawaan ponsel yang dalam banyak kasus memberikan ancaman privasi kepada pengguna ponsel," ujar Alfons.
Di sisi lain, Alfons mengatakan dari sisi sistem keamanan, Apple yang berbasis iOS memang lebih canggih dibandingkan ponsel Android. Tak hanya itu, kurasi toko digital milik Apple, App Store disebut lebih ketat dibandingkan toko digital miliki Google, Playstore.
"Secara de facto lebih sedikit malware di iTunes dibandingkan Playstore," ujar Alfons.